Melanjutkan uji coba larutan pupuk organik JMS, saya sudah membandingkannya dengan EM4 dan EM4 yang diperlakukan sama seperti JMS (JMS +EM4). Jadi ada 3 larutan yang dibuat dan diuji, EM4, JMS+EM4, dan JMS. EM4 adalah produk biang bakteri atau mikroorganisme pengurai yang sudah banyak di pasaran. Sementara JMS juga diklaim sebagai mikroorganisme pembenah tanah terbaik. Dengan keanekaragaman mikroorganismenya disebutkan dalam 1 cc JMS bisa mengandung 100 juta mikroorganisme. Sementara produk komersil seperti si EM4 mungkin hanya 1 juta mikroba saja per cc.
Tapi hitungan itu teoritis dan relatif dengan JMS seperti apa yang dibuat. Terlebih saya juga tidak mungkin uji lab karena tidak ada fasilitasnya. Namun sebaliknya saya sudah melakukan uji makro / menilai dengan apa yang terlihat pengaruh EM4 vs JMS ini. Yang saya uji dari JMS vs EM4 ini adalah efeknya pada kegemburan tanah dan mengurai bahan organik. Oke ini dia dokumentasi pengujian EM4 vs JMS:
EM4 dan JMS manakah bioaktivator terbaik? Sebagai catatan hasil uji coba pengaruh JMS vs EM4 itu saya informasikan seobjektif mungkin dari pengamatan. Tapi uji cobanya sendiri subjektif sesuai bahan uji dan kondisi materi yang diuji, sehingga hasilnya mungkin berbeda dengan eksperimen JMS lain.
Dibanding dengan yang tidak menggunakan EM4 dan JMS tanah yang digali memang lebih keras. Beda sekali dengan yang pakai EM4 dan JMS, tanah terasa lebih empuk ditusuk garpu dan lebih gembur. Ini membuktikan bahwa kandungan mikroorganisme pada kedua larutan EM4 & JMS memang sangat berpengaruh menggemburkan tanah.
Sejujurnya hasil pengujian EM4 dan JMS ini sedikit berbeda dari apa yang saya perkirakan. Tanah bagian tengah yang diberi larutan EM4 dengan perlakuan JMS terasa lebih lunak dibanding dengan yang menggunakan JMS. Muncul pertanyaan, apakah EM4 yang diperlakukan sama dengan JMS lebih baik dari JMS sendiri? Jawabnya bisa ya bisa juga tidak.
Mari kita kritisi, mikroba pada EM4 sudah sangat umum dikenal sebagai mikroba pengurai seperti untuk membuat kompos dan mengurai bahan organik. Ketika EM4 diperlakukan sama seperti JMS: yaitu diberi makan kentang, pemicu aktivitas garam dll pasti mikroorganismenya akan berkembang. Dan jumlahnya akan mendominasi atau paling banyak dari keseluruhan mikroba yang ada pada larutan. Alhasil mikroba yang dominan adalah mikroba pengurai semua, jadi tidak heran jika larutan mikroba ini lebih cepat mengurai bahan organik dan menggemburkan tanah dari pada JMS. Jadi pada poin ini EM4 yang diperlakukan seperti JMS menang dari JMS biasa.
Berbeda lagi dalam urusan keseimbangan nutrisi tanah. Jadam / JMS ini sangat mengutamakan keseimbangan, termasuk dalam urusan mikroorganisme pada larutan JMS. Di sample leaf mold / humus daun yang dijadikan starter JMS itu tidak diseleksi mikroba jenis apa, ada mikroba patogen ada juga mikroba baiknya. Ketika dibuat JMS semuanya berkembang menghasilkan keanekaragaman mikroorganisme di dalamnya, TIDAK cuma bakteri / mikroba pengurai saja! Jadi tidak heran jika dalam urusan menggemburkan / mengurai bahan organik JMS kalah dari EM4 tadi (EM4 mikroba pengurai semua). Tapi dalam hal keanekaragaman mikroba yang berdampak pada keseimbangan nutrisi dalam tanah JMS yang menang.
Perlu diketahui juga bahwa jumlah mikroorganisme yang dikenal di dunia itu hanya 0.1% saja, sisanya 99% tidak diketahui. Ilmuan saja tidak tahu namanya, apalagi tahu fungsinya mikroorganisme itu. Jadi lebih baik jangan usik keseimbangan alam, tapi cukup ambil manfaatnya dan berselaras dengan alam, Itulah metode jadam. Tapi setidaknya gambaran besar mikroorganisme itu ada yang menjadi pengurai, pelarut fosfat, pengikat nitrogen, hingga pestisida dan fungisida hayati. Atau lebih dikenal sebagai agen hayati, lengkapnya bisa dilihat di sini.
Waktu pengujian EM4 dan JMS itu kurang lebih sehari semalam, dan dampaknya langsung terasa. Jadi bisa dikatakan reaksi mikroorganisme pada penggemburan tanah terbilang cepat. Selain itu beberapa hari setelah aplikasi baik EM4 dan JMS pohon leci yang tadinya berhenti tumbuh / dormant, mulai tumbuh tunas dan daun muda (lihat mengatasi tanaman berhenti tumbuh). Itupun hanya sekali aplikasi, jika aplikasi penyiraman EM4 dan JMS berulang tentu akan semakin menggemburkan tanah. Oh iya, kunjungi link ini untuk pembuatan JMS lengkap.
Setelah beberapa hari gelas yang disiram dengan 3 larutan berbeda mulai berubah warna. Gelas pertama yang diisi larutan EM4 + gula / molase hampir tidak berubah warnanya. Disusul gelas yang diisi JMS +EM4, larutannya mulai berubah sedikit warna hijau. Sementara gelas yang diisi JMS cairannya berubah warna hijau paling kentara perubahaannya. Setelah semakin lama ketiga larutan ini berubah semakin hijau dengan larutan JMS yang paling cepat berubahnya.
Apa maksud perubahan warna larutan ini? Mungkinkah warna hijau menunjukan mikroorganisme yang berkembang? Atau warna hijau menunjukan jenis mikroorganisme lebih banyak? Kalau kita perhatikan air kolam yang tidak bergerak atau tidak ada keluar masuk air, pasti airnya jadi hijau. Bisa jadi banyak mikro organisme yang berkembang. Lalu pada air yang tergenang, biasanya air berubah warna dan ada sedikit lapisan bening di atasnya. Yang jelas pasti ada mikroorganisme yang tumbuh dan berkembang di dalamnya. Dan kita lihat larutan JMS yang paling cepat berubah atau paling cepat pertumbuhannya. Jadi kesimpulannya larutan JMS memiliki lebih banyak keanekaragaman mikroba.
Dari segi kepekatan larutan, pada awalnya ketiga larutan saat diukur TDS nilainya tidak jauh di kisara 140 / 150. Tapi setelah beberapa hari larutan EM4 nilainya meningkat ke 520. Larutan JMS yang ditambah EM4 kepekatan larutannya 1559. Dan larutan JMS kepekatan cairannya 433. Ini menunjukan bahan organik daun dan akar yang mulai terurai. Jadi dari segi ini larutan JMS yang ditambah EM4 lebih cepat mengurai bahan organik.
Dari segi bau, larutan EM4 biasa justru baunya paling pekat, masih terasa asam dibanding 2 larutan lainnya. Larutan JMS dan yang ditambahkan EM4 baunya tidak begitu kentara.
JMS dan EM4 adalah dua dari sekian banyak metode pengembangan mikroorganisme yang nantinya dimanfaatkan untuk menambah kesuburan tanaman. Jika dalam pengujian kegemburan dan kemampuan mengurai bahan organik, JMS yang dicampur EM4 cenderung unggul. Itu memang karena mikroba bibit pada EM4 yang dominan, dan jenisnya sudah diketahui yaitu mikroba pengurai.
Sementara faktor penentu kesuburan tidak ditentukan hanya dengan itu saja. Tapi butuh juga mikroba pengikat nitrogen, bakteri peluruh fosfat, jamur perakaran, pengendali penyakit dan mikroorganisme lainnya. Jumlah mikroorganisme itu sangat banyak, lebih banyak yang tidak diketahui malah, 99%. Dan mikroorganisme yang yang paling paham dengan kebutuhan tanaman Anda adalah mikroorganisme lokal yang ada di lingkungan sendiri.
Itulah kenapa metode JMS jadam mengutamakan biang mikroorganisme humus daun / leaf mold dari lingkungan sekitar. Karakter tanah setiap daerah berbeda, mikroorganismenyapun pasti berbeda. Mikroorganisme yang ada di kebun anda lebih tahu apa yang dibutuhkan untuk kesuburan. Jadi pinjamlah sedikit dari alam, kembalikan ke alam dan alampun akan memberikan persembahan terbaiknya berupa kesuburan tanaman dan hasil panen yang melimpah.
Ciri Kelapa Pandan Wangi paling umum adalah Anda bisa bakar daun kelapa pandan wangi. Ambil daunnya yang sudah agak tua lalu dibakar, tapi tidak harus dibakar sampai kering. Namun ternyata itu bukan satu-satunya cara untuk mengetahui jenis kelapa pandan wangi, bukan berarti yang tidak wangi...
Jika kebetulan Anda tanam banyak sekali pohon sengon, kayu, sayuran atau tanaman apa saja di perkebunan luas untuk skala besar. Anda bisa gunakan cara alternatif yang lebih simple tidak ribet untuk memupuk. Cara ini lebih menghemat waktu dan tenaga tidak ribet, namun efektif serta...
Ada beberapa hal yang perlu diketahui pada perlakuan anggur setelah pangkas. Pupuk yang saya gunakan sampai hari ke-20 masih menggunakan pupuk MKP (Pupuk Perangsang Bunga / Buah). Pupuk ini tujuannya untuk merangsang keluar bunga yang merangsang pembungaan, dan targetnya...
Copyright © 2023 - All Rights Reserved - FinderOnly.Net
Template by OS Templates